Aku mulai melangkah lagi. Tanpa mengenyampingkan kehidupan lain yang terus berlalu lalang dalam hidupku. Ketika aku melihat Pak Tani yang lebih antusias memikirkan rakyat Indonesia untuk membantu setidaknya mengurangi import pangan pokok, ketimbang kondisi remaja kebanyakan yang asyik me-nyabu, nge-drugs, merokok, dan semacamnya yang sia-sia. Itu membuatku prihatin!
Tetap! Aku akan terus mangalir!
Mengamati dari kejauhan bahwa masih tetap ada yang memperhatikanku. Mengabadikan diriku yang masih bersih. Kemudian ada pula yang lebih tertarik pada kecanggihan manusia, seperti Devon dengan kameranya. Atau si kecil berambut panjang yang senantiasa bersyukur dengan keterbatasan dan kekurangannya. Subhanallah!
Kemudian aku kembali menoleh ke arah barat daya dari posisi Pak Tani yang tetap berjuang. Aku terus belajar memahami manusia. Terus bergulir bersama derunya ombak yang bergelombang. Menyigap sela-sela keramaian orang-orang pada kesibukkannya masing-masing. Bahkan manusia yang terlalu sibuk tidak pernah peduli pada lingkungannya. Sampai akhirnya, terkadang sekilas saja aku berpikir untuk meluapkan semua perlawanan dalam diriku. Ketika kecorobohan umat kalian menjadi salah satu penyumbang sebab kondisiku saat ini, ingin rasanya kaumku berkata dan berteriak keras bahwa aku ingin diriku yang bebas mengalir mengikuti arus kehidupanku tanpa sisa-sisa limbah dan sampah kehidupan dari kalian. Aku merasa kalian mulai merogoh ke dalam duniaku, menusuk dari belakang, merusak, dan menyakitiku.
Kini orang-orang sedang takluk pada kekuasaan tertinggi globalisasi, kemampuan terbesar era modernisasi. Plastik, pabrik kian banyak menjulang tapi kurang bertanggungjawab akan residu mereka, dan pencemaran mulai dari darat sampai udara bahkan diriku yang tak luput terkena imbasanya, serta kasus-kasus illegal logging yang semarak mewarnai head line koran tahun ini, telah merampas habis tempat peristirahatanku. Lupa akan diriku yang telah menghidupi kalian dengan kebermanfaatanku.
Aku akan lebih senang pada orang yang lupa daripada yang tidak menghargaiku atau pura-pura lupa untuk segala manfaat yang kemudian dicampakkan begitu saja. Atau bahkan, aku lebih benci lagi pada mereka yang pura-pura tidak tahu bahwa mereka telah merusak komunitasku, melukai habitatku, memenuhi wadah penolongku dengan racun hingga membuatku sesak sampai aku sendiri bingung, akan kukemanakan luapan perasaan yang telah menyumbat arus kehidupanku menjadi makin sumpek ini ?
Kalian egois! Kadang kalian serakah? Kalian selalu menyalahkanku ketika bencana datang. Ketika banjir menyulut kalian. Kalian selalu menyalahkan alam atas tragedi yang terjadi. Asal kalian tahu bahwa aku tidak pernah sedikit pun berniat merusak kehidupan kalian. Justru sebuah hubungan mutualisme yang menjadi ekspetasi dari lubuk hatiku untuk berinteraksi dengan kalian. Ketika kalian membutuhkan setetes air untuk makan, seember air untuk minum, atau bahkan sebak air untuk mandi. Tidak ada kata lain selain, jagalah diriku – rawatlah untuk anak cucumu selama aku masih bisa sejernih awan setelah hujan atau sebersih kulit bayi seperti setelah dilumuri minyak atsiri.
Tidakkah kalian berpikir untuk saling menjaga apa yang menjadi peran kita maisng-masing. Bukan karena keserakahan. Bukan karena kemalasan. Bukan pula karena ketidakpedulian kalian. Apa artinya pura-pura tidak tahu padahal kalian bisa berpikir dengan otak kalian untuk mengantisipasi setiap bencana daripada memusuhi alam. Alam dan diriku hanya berputar mengikuti musim. Bergerak mengikuti insting. Tak bisa berpikir tapi bisa merasakan bahwa mencelakai manusia bukanlah tugas kami, kecuali jika kalian yang memulai mengusik kami. Namun, apa boleh buat ketika kalian mendesak habitatku. Aku merasa sesak! Sungguhpun kalian tidak akan pernah mendengar jeritanku. Apakah kepedulian umat kalian tumbuh setelah malapetaka, korban berjatuhan, atau setelah merasakan kehilangan harta benda yang hanyut dalam keruhnya air di kedalaman, lalu tenggelam tak berbekas?
Itu pilihan kalian......
yuk jangan buang sampah sembarngan...
BalasHapusjangan lupa buatlah lubang serapan biopori agar ketersediaan air tetap terjaga....
gunakanlah air seperlunya...
dias begini bukan koment yang baik???
hahahaha
Haduh... Sepertinya berat nih blognya... Hehehe....
BalasHapusLink balik blogku, ya... pipitskulls.blogspot.com
setuju sama pipit...mending ngomongin proses inisiasi translasi RNA daripada memahami jalan pikiran air, hohohoho....peace...
BalasHapusNice blog anyway...