04 Oktober 2008

Bakti Sosial

Biro Sosial Masyarakat (SOSMA) BEM UNS 2008 menggelar Baksos, berbakti kepada sosial. Di samping, ada muka-mukanya keluarga SOSMA.

Kami merasakan ada kebahagiaan lebih besar dari perkiraan kami ketika mereka hanya akan memperoleh satu kantong berisikan beras, gula, dan mie instan. Bagi mereka bentuk semacam itu, sangat berarti. Dengan konsep acara tiga rangkaian. Para CS (Cleaning Service) secara cuma-cuma diberi kesempatan konsultasi kesehatan gratis dengan pakar PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat). Kami mengambil tema ini karena pertimbangan akan sesuatu yang kadang dilupakan oleh ibu-ibu dan bapak-bapak cleaning service selama mereka melakukan rutinitas, membersihkan sampah-sampah dan semacamnya, untuk tetap waspada akan munculnya kecenderungan penyakit dari kuman-kuman yang sering mereka geluti. Pakar PHBS ini kami undang sebagai pembicara sukarelawan dari PMI Surakarta.

Setelah mereka mendapatkan penyuluhan dengan durasi waktu satu jam dan habis waktu mengkonsultasikan diri kepada pakarnya PHBS, CS dipersilahkan mengambil sembako gratis yang telah disiapkan panitia dengan pengkondisian tempat agar tidak berdesak-desakan dan tertib. Caranya adalah dengan membuat dua line dan penjagaan tiap line. Syukurlah, kami senang melihat respon mereka yang bersedia mengikuti aturan kami. Karena kami pun berpikir, demi keuntungan mereka pula. Selain, waktu pembagian lebih cepat dan teratur, secara tidak langsung mereka belajar saling menghormati kesempatan yang seharusnya menjadi hak orang lain.

Selanjutnya, CS yang telah menerima sembako gratis dapat meneruskan route ke lantai 2 gedung porsima, tempat pengobatan gratis. Tepatnya di Jalan Kentingan Kampus UNS. Ada dua ruangan yang disediakan oleh panitia yaitu, ruangan khusus ibu dan ruangan khusus bapak. Di dalam ruangan tersebut, mereka dipersilahkan cek kesehatan dan diberi obat gratis dari dokter yang kami undang sejumlah 8 orang.

The last action kami, kami bersyukur. Rangkaian acara telah dilangsungkan. Dan lancar. Yang paling berkesan adalah prosesnya, bukan hasil yang semata-mata kami lihat. Mudah-mudahan menjadikan yang berguna bagi orang-orang di sekeliling kami.

Saya jadi ingat, ketika saya pertama kali mencari data mengenai cleaning service UNS, 1 minggu sebelum pelaksanaan.

Ketika itu, saya menyusuri jalanan rindang area perpus-pusat. Sempat nyasar dikit, akhirnya kutemukan, dimana aku bisa mencari data tentang cleaning service UNS. Sebuah data datar yang tidak memberikan hal lebih selain informasi yang kuinginkan. Saat itu, sore hampir menyusuri jalan pulangnya dan langit mulai gelap. Tapi aku tak ingin sekedar mendapatkan dua lembar kertas berisikan nama, alamat, dan dari fakultas mana CS yang akan kami ajak meneluhkan keringat mereka.

Langkahku mulai membawa diriku jauh dari dua orang petugas pencatat data CS di serambi ruang belakang Gedung Press. Mataku masih berputar. Dan itu dia! Aku menemukan jawaban. Sebelum kuhampiri motor yang terparkir di bawah pohon dekat Gedung Percetakan itu, aku bertemu seorang wanita paruh baya.

Usia...sekitar 40..41..lah. Sudah lama tinggal di Solo. Asli Medan dan merantau di Solo mengikuti almarhum suami. Cucu lebih dari dua. Dan penghasilan 6000 rupiah kurang lebihnya per hari. Subhanallah! Aku berhenti berdecak ketika beliau menceritakan kondisinya. Ada perasaan hanyut akan pemikiran lain yang tiba-tiba mencuri perhatianku dari sang ibu ini.

6000 rupiah??? Itu senilai dengan uang yang kadang kita gunakan tak seperlunya. Atau kita akan terus merasa kurang jika kita dipasok senilai itu per hari. Hanya bisa protes. Mengeluh. Dan menyalahkan orang tua. Atau ada aksen-aksen lain yang kadang kita kurang bersyukur?

Tak hanya sampai di situ percakapan kami. Sang ibu masih ingin meneruskan ceritanya, sampai sulit bagiku mencari celah mempermisikan diri karena hari kian gelap. Namun, bagiku berbagi cerita dengan sang ibu memberikan banyak hikmah dan anugrah tak terhingga. Hikmah rasa syukur yang kadang terlupa. Dan anugrah pemikiran luar biasa dari semangat hidup sang ibu menghidupi cucu-cucunya yang masih kecil dengan segala keterbatasannya. Di akhir pertemuan kami, hanya senyum tulusnya yang membekas di ingatanku. Setelah itu....aku hanya melihat punggungnya menjauh dari langkahku.


(Moment : have been realized, 25th May 2008 @ Porsima BEM UNS)


2 komentar:

  1. Haduhhh, Baksos ya...
    kok fotonya foto baksos becak bukan baksos CS..?
    Makasish ya yas, tanpa dias ndak tahu sosma ini akan jadi apa...?
    jadi bergedel mungkin...He2

    BalasHapus