01 Oktober 2008

Kids – OFF

Aku merasakannya. Sendu. Perlahan, pertama kalinya kubuka pintu tua yang berderit angker, terasa dingin. ”Kreiiittt...” berderit lebih pelan lagi, seolah tak ingin terusik anak-anak yang ada di dalamnya. Tak kubanyangkan di dalam gedung tua itu berisi makhluk kecil yang lucu-lucu, sebagian bengong-sebagian berdiri menunggu pelukanku. Penjamahan yang belum pernah kualami sebelumnya. Kini kurasakan, benar-benar dekat dan nyata. Mereka haus sekali, akan pelukan seperti ini.....perhatian seperti ini...dan kehangatan...
”Kids....”, aku bergumam sambil memerhatikan mereka. Ada nyawa baru di dalam gedung itu. Ada deritan lebih mengundang dari gedung itu. Daya tariknya sudah menyihirku untuk ingin.......dan ingin datang lagi.

”YPAB....(Yayasan Penyandang Anak Balita, Surakarta)”, dalam sebuah pembahasan disscuss di sebuah ruang sempit lantai dua. Justru dari sinilah aku mengenal YPAB. Dan dimulainya aktivitas rutinku.

Aku teringat ketika ide itu pertama kali bergulir. Kami akan melakukan ekspedisi di bulan Ramadhan di tempat itu. Konsep awal kami, memberikan bantuan tenaga sosial selama 1 bulan (tiga kali dalam seminggu), Selasa – Kamis – Sabtu, dan bingkisan ala kadarnya di akhir kunjungan kami. Itu awalnya, tapi lama-lama aku seperti merasakan sisi lain dari tempat itu. Seperti ada ikatan emosional di dalamnya. Terlalu mengikat tawa anak-anak itu, rintihan anak-anak itu, tangisan anak-anak itu, dan rengekan bayi-bayi di box. Ada dua puluh lima anak, tanpa ayah-tanpa ibu berlarian kian kemari mencari kehangatan. Ada tatapan haus akan kasih sayang, ada senyuman kering butuh perhatian, dan ekspresi lain yang belum bisa kudefinisikan satu per satu, yang pastinya ekspresi ingin dimengerti dengan posisi keterbatasan mereka. Ada tatapan rindu, akan pelukan. Ada keinginan, akan perhatian. Dan aku tak bisa berhenti memutar otakku, jika mereka adalah aku.

Tubuh kecil. Pakaian seadanya. Makanan kebersamaan, yang pastinya tak ada keinginan untuk bisa lagi...dan lagi. Tempat tidur yang terpetakkan. Ruang bermain satu petak. Ruang TV satu petak. Dan aku hanya bisa melihat orang-orang hilir mudik mengurus yang satu, kemudian yang satunya lagi yang menangis. Atau yang satunya lagi, yang berebut mainan di ujung pintu sebelah barat. Atau yang di pojok sana, ingin diperhatikan juga. Banyak sekali aksen mereka. Cara mereka mencari perhatian, butuh pelukan, atau sekedar sapaan. Tetap kembalinya pada satu hal, jumlah perawat yang terbatas dan tak semua ke-caper-an mereka berhasil mengundang perhatian perawat-perawat yang notabenenya, berpersonel 3 orang tiap hari, bekerja dari pagi hingga sore. Melelahkan, pasti. Satu hal lagi, aku belum mendengar seorang anak pun, memanggil sebutan manis........mamiii.....atau babeeeee.... seperti aku memanggil kedua orang tua ku. Sekali lagi aku tak ingin berhenti memutar otakku, jika mereka adalah aku. ”Hupp!!”, kutahan berat butiran halus yang hampir mengaliri pipiku.

Jika mereka adalah aku,,,,
Aku akan berteriak dan berkata,,,,
Apa sempat aku mengingat wajah kedua orang tuaku??? Atau sekedar mengingat aroma harum ibuku??? Atau sedikit saja mengingat hembusan lembut napas ibuku ketika pertama kali menggendongku dan meletakkanku di sini??? Apa sempat, Tuhan???

”Huff...”, aku menghela sedikit mencari kelegaan diantara himpitan pikiranku tentang mereka. Apa sempat mereka berpikir se-sensitif ini??
Atau justru mereka bisa lebih tegar dengan keberadaan mereka karena mereka mengalaminya sejak mereka belum mengerti arti kehilangan. Justru, aku yang merasa miris melihat bayi-bayi tergolek, tak ada yang menimangnya ketika mau tidur. Atau sekedar memegangi botol susunya agar nyaman tidurnya.
Semuanya hanya ingin kukembalikan pada-Mu, syukurku.....tak kan habis masa... ya Rabb.


Kids – off....
Chesa my inspiration...
Selalu ada tawa di pelukanku,,,
Tenang... dan mencari sendiri apa yang ia perlukan.
Lama duduk di pangkuanku. Bergulat dengan kerudungku. Sesekali memegangi bros di kerudungku. Lama....kian lama, ia tertidur dipangkuanku. Seandainya saja, ada peraturan kakak asuh,,,,,,
Inginnya.....
(Meski out of date, aku masih tetap mengunjunginya)

2 komentar:

  1. kangen pengen ke YPAB...
    tapi mwnya berame rame kaya dulu ditambah 1 orang lagi...

    fotonya tambahin lagi jeng yang di YPAB

    BalasHapus
  2. Haduh...
    Ingat nugroho deh... caep...

    Zuhud

    BalasHapus