Pukul 17 lewat lima, saya dan teman saya melewati lorong-lorong sempit sekitar daerah Solo yang terkhusus diberi nama wilayah Serengan. Dari jembatan besar, kita belok kiri, mengikuti arus sungai beberapa meter saja, ambil sudut ke kanan, melewati jalan setapak yang sempit dan berjubel rumah-rumah warga berdempetan. Pemandangan sore yang tiba-tiba membuat saya menemukan celah baru. Dari kepenatan yang memenuhi otak saya di akhir pekan ini. Sendiri, ditinggal teman-teman saya ke Delanggu dan Jogya, sementara saya tidak bisa kemana pun karena “sebuah alasan”.
Sore itu ramai! Ramai warga dengan segudang aktivitasnya. Ada yang sedang menjajakan gorengan, duduk-duduk bergerumul dengan tetangga satu lorong, notabenenya rumah mereka yang nampak seperti deretan rumah susun. Cukup rapat bahkan hampir tak ada celah jarak antara rumah satu dengan rumah lainnya. Anak-anak yang berlarian, silih berganti memenuhi gang sempit sepanjang lorong. Ataupun deretan pemuda yang memetik gitar dan memenuhi lapangan badminton ala kadar, saya bilang. Karena masih bertepikan tanah dan belum layak pakai. Seperti tak terawat.
Sepertiga perjalanan kita, saya merasakan point of view yang lain dari deretan rumah-rumah yang kita lewati. Ada kesenjangan di sela-sela keramaian sore itu. Rumah-rumah besar tetap ada yang bertengger disekeliling induk-induknya yang tak sebanding jika dilihat area samping kanan-kirinya. Gambaran sudut seratus delapan puluh derajat! Bahasa saya, masih ada bangunan indah diantara rumah tipe SSSS (Sempit, Selonjor Saja Sulit). Maaf! Tapi inilah gambaran sore itu yang saya tuliskan jujur dari penglihatan saya. Karena...”apa yang kita dapatkan adalah apa yang kita lihat.”
Sore itu ramai! Ramai warga dengan segudang aktivitasnya. Ada yang sedang menjajakan gorengan, duduk-duduk bergerumul dengan tetangga satu lorong, notabenenya rumah mereka yang nampak seperti deretan rumah susun. Cukup rapat bahkan hampir tak ada celah jarak antara rumah satu dengan rumah lainnya. Anak-anak yang berlarian, silih berganti memenuhi gang sempit sepanjang lorong. Ataupun deretan pemuda yang memetik gitar dan memenuhi lapangan badminton ala kadar, saya bilang. Karena masih bertepikan tanah dan belum layak pakai. Seperti tak terawat.
Sepertiga perjalanan kita, saya merasakan point of view yang lain dari deretan rumah-rumah yang kita lewati. Ada kesenjangan di sela-sela keramaian sore itu. Rumah-rumah besar tetap ada yang bertengger disekeliling induk-induknya yang tak sebanding jika dilihat area samping kanan-kirinya. Gambaran sudut seratus delapan puluh derajat! Bahasa saya, masih ada bangunan indah diantara rumah tipe SSSS (Sempit, Selonjor Saja Sulit). Maaf! Tapi inilah gambaran sore itu yang saya tuliskan jujur dari penglihatan saya. Karena...”apa yang kita dapatkan adalah apa yang kita lihat.”
Deskripsi suasana yang saya torehkan di atas adalah habitatnya anak-anak Serengan yang menyimpan sejuta harapan untuk tetap bisa belajar pada jam malam ketentuan PemKot, wajib belajar malam pukul 18.30 – 20.30 WIB (Waktu InsyaAllah Berubah). Di atas segalanya, kita bisa melihat betapa mereka melewati malam yang terkadang banyak menggoda mereka untuk tidak belajar. Bayangkan jika ruang belajar mereka menjadi satu ruang dengan ruang TV, atau satu petak untuk banyak hal yang dilakukan dalam satu keluarga. Belum lagi jika teman sebelah rumah mereka mengajak bermain, pastilah terdengar dan menjadi dorongan lebih besar pada mereka untuk lebih memilih bermain.
Sekarang kita bicara Bout ”SSC”, wadah dimana anak-anak Serengan belajar bersama-sama. Serengan Study Club, sebuah wadah bimbingan belajar kelompok untuk anak-anak Sekolah Dasar kelas 3 – 6 dengan materi pembelajaran: Matematika-IPA, IPS-Bhs.Indonesia-B.Inggris. Berdiri pada tahun 2007 di bulan ke sebelas, pada zamannya Totalitas’s Cabinet. Kemudian dilanjutkan oleh Berkobar’s Cabinet. Dan kini akan tetap berlanjut untuk periode ketiga. Meski kami menggunakan waktu 2 kali seminggu, yaitu Senin dan Kamis. Jam bimbingan belajar pukul 18.30 – 20.00 WIB, mudah-mudahan dua kali pertemuan yang kami rancang untuk mereka bermanfaat bagi penyelenggaran pendidikan anak bangsa. Wuiuhh! Berat ya, kalo udah bicara soal pendidikan, didikan, atau pun pendidik. Berat di ongkos, karena sekarang biaya pendidikan makin melejit setaraf garis kurva linier.
Sekarang kita bicara Bout ”SSC”, wadah dimana anak-anak Serengan belajar bersama-sama. Serengan Study Club, sebuah wadah bimbingan belajar kelompok untuk anak-anak Sekolah Dasar kelas 3 – 6 dengan materi pembelajaran: Matematika-IPA, IPS-Bhs.Indonesia-B.Inggris. Berdiri pada tahun 2007 di bulan ke sebelas, pada zamannya Totalitas’s Cabinet. Kemudian dilanjutkan oleh Berkobar’s Cabinet. Dan kini akan tetap berlanjut untuk periode ketiga. Meski kami menggunakan waktu 2 kali seminggu, yaitu Senin dan Kamis. Jam bimbingan belajar pukul 18.30 – 20.00 WIB, mudah-mudahan dua kali pertemuan yang kami rancang untuk mereka bermanfaat bagi penyelenggaran pendidikan anak bangsa. Wuiuhh! Berat ya, kalo udah bicara soal pendidikan, didikan, atau pun pendidik. Berat di ongkos, karena sekarang biaya pendidikan makin melejit setaraf garis kurva linier.
Saat menulis, backsound di bawah ini membuat saya teringat guru SD saya dulu. Dari beliau saya terbantu melihat potensi dan bakat saya. Pak Padi dan Bu Yanti (Dari kenangan manis saat bandel-bandelnya saya. Karena kapok, jadi langsung tobat! Haha,)
Pagiku cerahku
Matahari bersinar
Kugendong tas merahku
di pundak
Selamat pagi semua
Kunantikan dirimu
Di depan kelasmu
Menantikan kami
Reff : Guruku tersayang
Guruku tercinta
Tanpa mu apa jadinya aku
Tak bisa baca tulis
Mengerti banyak hal
Guruku, terima kasihku
Nyatanya diriku
Kadang buatmu marah
Namun segala maaf
kau berikan
(AFI Junior : Terima Kasih Guruku)
wah...ngapunten nggih mba dias...
BalasHapusjadi semena - mena meninggalkan dirimu di saat lagi butuh teman....
SSC= tempat yang menyenangkan sekaligus membingungkan...disitu keliatan banged kesenjangan kognitif ank2...ada yang gampang menyerap pelajaran ada yang susah banged...bener2 nguji kesabaran,kata seorang teman saya,,,mungkin itu karena selama ini mereka belajar dalam keadaan ribut banged jadi susah masuknya...
ywda de,,,semangat aj buat SSC nya
puspadewi
maaf ya yas uda mninggalkanmu disaat yang g tepat(mungkin..)
BalasHapusmw dong yas diajak ksana skali2..
klo uda ngomongin serengan,langsung terpikir adek2 yang mungkin butuh kita, tp g tau jg...hehe
kerja yg ikhlas dan dgn niat lillahi ta'ala itulah yg hrs kta persembahkan buat SSC...smoga keikhlasan itu ada pd smua tentor yg nantinya akan membantu adek2kita...amien
(nina)
ga ada yang salah,
BalasHapuskarena saya tdk mcri syp yg salah teman,
saya sedang mencari kekuatan saya sendiri,
untuk benar2 kuat,
karena kita g prnh tahu kapan badai itu akan datang,,,,
kata chrisye sey, "badai...pasti berlalu..."
heehhee, thx hun,
Mba dias. . .biarpun gg banyak dan serba terbatas,sem0ga mulai sekarang aku bisa membantumu yawh. . . Semangat mba ! :)
BalasHapus2 sHa:yukz, mdh2an jd partner yg solid y neng,,,thx
BalasHapus