Sebelum melewati pos yang saya bilang tadi, “pembaharuan” pastinya akan ada masa “kosong”. Sebelum melalui pos yang saya bilang tadi, “pergantian” pastinya akan ada fase “lepas”. Apa yang kosong? Dan apa yang di lepas? Saya hanya bermain analogi saja. Karena jujur, demisioner tahun ini berbeda dengan sebelumnya. Karena di sini saya lebih merasa “kehilangan” ibu-ibu dan “sesepuh” (maaf jika saya menggunakan sebutan ini untuk orang-orang yang saya hormati dan banggakan, untuk orang-orang yang saya serap ilmunya ketika mereka ber”ulah”, untuk orang-orang yang banyak memberi saya referensi “pembelajaran” hidup, sikap-sikap pergerakan, dan pemikiran saya dalam menjelajahi roda kehidupan yang pastinya naik-turun. At least, untuk orang-orang yang banyak berkontribusi untuk BEM Berkobar).
Masa “kosong” inilah, yang saya pahami dengan sebutan “demisioner”. Karena tiba-tiba suasananya benar-benar sepi. Ibu-ibu lebih memilih at home, koz, atau opsi lain yang istilah baru ibu-ibu kalau ke sekre adalah “sekedar mampir”. Hikz! Melihat tujuan yang mereka usung, memang baik untuk pendewasaan kita-kita yang pastinya sudah saatnya tak selalu bergantung pada beliau-beliau. Tapi saya mengistilahkan sendiri kondisi yang terjadi sekarang ini…masa yang bisa dibilang benar-benar “kosong”. Pemahaman saya jatuh pada fase yang dibilang demisioner tadi, tapi saya sendiri merasa ragu antara masa demisioner ataukah sedih lebih dini? Karena kita masih punya satu proker “bout TO2” dan kita tak melihat lagi “sesepuh-sesepuh” kita. Sebenarnya apa sih, yang menjadi substansi “pas” untuk menyikapi masa-masa seperti ini? Menyiapkan kader dengan melepas kita-kita perlahan tapi menurut saya, ekstrem! Karena berdasarkan kurva penglihatan saya, ibu-ibu porsima tiba-tiba menghilang (ini istilah saya saja, meski sebenarnya mereka masih nongol dengan intensifitas yang berbeda dengan yang dulu). Yah, lagi-lagi sudah ada perubahan. Dari sini saja sudah terlihat jelas, konstruk perubahannya. Dan akan menanti perubahan-perubahan lainnya.
Masa “lepas” inilah, yang saya pahami sebagai masa didik buat kita-kita. Masa disaat yang “sepuh” mulai melangkah di tempat lain dan untuk prioritas yang lain pula. Masa-masa disaat yang muda (penerus estafetisasi berikutnya) meneruskan sebuah amanah yang kita bilang, “tonggak pergerak mahasiswa”, menjadi fase pembelajaran “berdikari” bagi kita. Mandiri tanpa dampingan para “sesepuh” yang notabenenya, selalu membantu dalam segala hal, pendampingan setiap moment, dukungan “real” menutupi kekurangan kita yang terkadang terlupa dan terlewat, tak sempat terpikirkan oleh kita tapi terjangkau oleh pemikiran para “sesepuh” kita. Huph! Saya menghela napas sebentar dan sudah saatnya menyadari lebih dini, waktunya telah tiba yaz! Presiden baru sudah dilantik dan perubahan besar akan terjadi setelah ini.
hiks...hiks....
BalasHapussedih baca dan mengingat kembali betapa manis kenangan yg uda kita lalui...
(romantis banged ya...)
semoga akan ada ibu2 lain nantinya yg akan selalu membimbing dan mengingatkan kami...
atau minimal ibu - ibu BERKOBAR masih tetap selalu ada saat kami membutuhkannya...CD
wuihh kuangen masa2 thu..
BalasHapussekalipun sy jarang bkunjung, tp tnyta sy jg rindu porsima & sosok yg ada d dlmny..
skss truz untk pjuanganny ^^
_kq mukaq gak da y??
2 lala: tak ad yg prlu di sedihkan lagi
BalasHapus2 penantian pjg: iya, mba indah kmna y???
tukang fotony marah kalee ma sy, jd sy dihilangkan, huhu.. betul2 marahkah tukang foto pd sy??
BalasHapusoya skrg namaq gnti nie ^^
2 asma: ko ganti asma??
BalasHapusartinya apa mba??