09 Desember 2008

Kharismatik ato Koruptorik

Kajian teologis tentang kharisma
Akan mengingatkan manusia
Penerima kharisma untuk
Mempertanggungjawabkannya
Kepada Sang Pemberi Kharisma,
Dan tidak menggunakannya secara
Sewenang-wenang, dalam tugas apapun,
Termasuk di dalam bidang politik.
Secara politis, Sukarno dengan kharismanya yang kuat
yang berjuang demi keutuhan bangsa –
yang amat majemuk ini –
dan komitmentnya bagi kaum tertindas.
Mengilhami kita, pemuda & pemudi Indonesia
Untuk berdikari menjadi calon-calon
Pemimpin masa depan untuk mengantar rakyat
Menuju Indonesia baru,
(Pdt. Weinata Sairin, M.Th)

Bicara pada satu line “kharisma”, kita akan teringat sosok yang satu ini. Sosok yang berseru keras, “Berikan aku 10 pemuda maka aku akan menaklukan dunia”. Wuih, hebat benar kalimat itu. Saya pikir! Soekarno-nya yang hebat? Atau pemudanya yang mampu memback-up Soekarno hingga dunia takluk di atas tangannya?

“Kharismatik”. Tipikal orang seperti ini memiliki kelebihan, secara tinjauan “Personality Psychology” adalah kemampuan magnetis personality yang dimilikinya. Kemampuan daya tarik yang dimilikinya mampu membuat orang lain masuk dalam pengaruhnya.
Lantas, saya berkutat pada tuts di laptop, berhenti sejenak.......
Emmm, berhenti lebih lama....
Berpikir.......

Yah, saya pikir kharisma itu bisa bertombakkan bilah pisau yang negatif jika si pemilik pedang, menganggapnya sebagai alat pemikat. Tapi, lain cerita jika si pemiliknya menggunakan ujuk tombak di situ sebagai mata hati yang seharusnya dirawat, dengan iman-taqwa-dan kebaikan.

Jika mengutip penuh ucapan Weinata, tentang dunia per-politik-an di Indonesia. Apakah tak lepas dari figur-figur kharismatik yang dipajang di papan dasbor periklanan? Dijadikan tampilan menarik yang berujung pada kepentingan memikat banyak “masa” pendukung. Sekedar pemulus jalan, menuju kemenangan golongan. Huff, cape de! Selalu hanya sebagai “alat” politik. Jika benar adanya, dugaan saya, garis lurus ke depan adalah sangsi yang besar ketika melihat tokoh-tokoh yang mulai beredar di kancah perpolitikan menjelang pesta poria pemilu 2009. Semuanya sekedar “kedok”. Tujuan akhirnya hanyalah kemenangan. Dan wajah-wajah berkharisma itu, hanyalah “alat”. Iklan yang mengharukan adalah “cara”. Sedangkan cerita dari sang “Balon(bakal calon)” penuh sosialis itu....bisa saja “bulshit-an-nya”. Upz, maaf. Saya hanya mencoba jujur.
Wah, seru, saya bilang! Dunia perpolitikan makin dikomersialkan dengan iklan-iklan yang banyak bertebaran di TV. Dan sisi kharismatik ini, menurut saya akan luntur bersama torehan “hitam” dari si empunya.

9 Desember, “Hari Anti Korupsi Se-Dunia”. Mudah-mudahan jiwa-jiwa kharismatik ini, bukan sekedar topeng penutup wajah-wajah mafia koruptor. Karena sekali lagi saya bilang, jiwa “kharisma” ini hanya akan muncul jika si empunya memikirkan kebaikan RAKYAT.

4 komentar:

  1. mmmhhhh....apa y...jd bingung mau kasi komen apa k Dias.,.,.,

    kok kayany Dias skr uda mulai mengerti bgt mslh politik y??sapa yg ngajarin yas????

    tp baguslah yas.,., ntar klo km msk k dunia politik km bisa memasukkan dan mengaplikasikan ilmu psikologi k dunia perpolitikan...biar dunia politik tetap puny hati nurani...
    nina........

    BalasHapus
  2. mmmhhhh....apa y...jd bingung mau kasi komen apa k Dias.,.,.,

    kok kayany Dias skr uda mulai mengerti bgt mslh politik y??sapa yg ngajarin yas????

    tp baguslah yas.,., ntar klo km msk k dunia politik km bisa memasukkan dan mengaplikasikan ilmu psikologi k dunia perpolitikan...biar dunia politik tetap puny hati nurani...
    nina........

    BalasHapus
  3. mmmhhhh....apa y...jd bingung mau kasi komen apa k Dias.,.,.,

    kok kayany Dias skr uda mulai mengerti bgt mslh politik y??sapa yg ngajarin yas????

    tp baguslah yas.,., ntar klo km msk k dunia politik km bisa memasukkan dan mengaplikasikan ilmu psikologi k dunia perpolitikan...biar dunia politik tetap puny hati nurani...
    nina........

    BalasHapus
  4. belajar untuk tidak korupsi...dimulai dari diri sendiri....

    BalasHapus