Sore itu ramai! Ramai warga dengan segudang aktivitasnya. Ada yang sedang menjajakan gorengan, duduk-duduk bergerumul dengan tetangga satu lorong, notabenenya rumah mereka yang nampak seperti deretan rumah susun. Cukup rapat bahkan hampir tak ada celah jarak antara rumah satu dengan rumah lainnya. Anak-anak yang berlarian, silih berganti memenuhi gang sempit sepanjang lorong. Ataupun deretan pemuda yang memetik gitar dan memenuhi lapangan badminton ala kadar, saya bilang. Karena masih bertepikan tanah dan belum layak pakai. Seperti tak terawat.
Sepertiga perjalanan kita, saya merasakan point of view yang lain dari deretan rumah-rumah yang kita lewati. Ada kesenjangan di sela-sela keramaian sore itu. Rumah-rumah besar tetap ada yang bertengger disekeliling induk-induknya yang tak sebanding jika dilihat area samping kanan-kirinya. Gambaran sudut seratus delapan puluh derajat! Bahasa saya, masih ada bangunan indah diantara rumah tipe SSSS (Sempit, Selonjor Saja Sulit). Maaf! Tapi inilah gambaran sore itu yang saya tuliskan jujur dari penglihatan saya. Karena...”apa yang kita dapatkan adalah apa yang kita lihat.”
Sekarang kita bicara Bout ”SSC”, wadah dimana anak-anak Serengan belajar bersama-sama. Serengan Study Club, sebuah wadah bimbingan belajar kelompok untuk anak-anak Sekolah Dasar kelas 3 – 6 dengan materi pembelajaran: Matematika-IPA, IPS-Bhs.Indonesia-B.Inggris. Berdiri pada tahun 2007 di bulan ke sebelas, pada zamannya Totalitas’s Cabinet. Kemudian dilanjutkan oleh Berkobar’s Cabinet. Dan kini akan tetap berlanjut untuk periode ketiga. Meski kami menggunakan waktu 2 kali seminggu, yaitu Senin dan Kamis. Jam bimbingan belajar pukul 18.30 – 20.00 WIB, mudah-mudahan dua kali pertemuan yang kami rancang untuk mereka bermanfaat bagi penyelenggaran pendidikan anak bangsa. Wuiuhh! Berat ya, kalo udah bicara soal pendidikan, didikan, atau pun pendidik. Berat di ongkos, karena sekarang biaya pendidikan makin melejit setaraf garis kurva linier.
Saat menulis, backsound di bawah ini membuat saya teringat guru SD saya dulu. Dari beliau saya terbantu melihat potensi dan bakat saya. Pak Padi dan Bu Yanti (Dari kenangan manis saat bandel-bandelnya saya. Karena kapok, jadi langsung tobat! Haha,)
Pagiku cerahku
Matahari bersinar
Kugendong tas merahku
di pundak
Selamat pagi semua
Kunantikan dirimu
Di depan kelasmu
Menantikan kami
Reff : Guruku tersayang
Guruku tercinta
Tanpa mu apa jadinya aku
Tak bisa baca tulis
Mengerti banyak hal
Guruku, terima kasihku
Nyatanya diriku
Kadang buatmu marah
Namun segala maaf
kau berikan
(AFI Junior : Terima Kasih Guruku)