16 Januari 2009

Dark Day

Tak ada kata yang terucap dari seorang wanita di hadapanku, selain muka muram dan cemas. Aku menghampirinya seketika ia mengirim massage mengenai motornya yang raib tak berbekas. Hanya satu bandul kunci di tas klasiknya.
Kami menyusuri sepanjang kampus Kedokteran dan tak kunjung menemukan hasil yang membuat kami paling tidak sedikit dapat tersenyum lega. Jalanan mulai gelap dan kami tak memiliki petunjuk sedikitpun kecuali informasi dari satpam bahwa motor DK ---- CB masih terparkir di depan gedung FK pukul 17.00. Itu terakhir kalinya ada yang melihat sosok Supra Fix bertengger di tempatnya. Selebihnya, non sense. Tak ada petunjuk atau alibi lain.

Kami menghubungi teman lainnya yang kami kira bisa membantu. 20 menit berselang, 2 motor dengan 3 penunggang di atasnya, datang menghampiri kami. Langsung bertindak, mereka menghubungi intel yang sekiranya bisa membantu proses pencarian jika ada kasus seperti ini.
30 menit kami bolak-balik menyurusuri jalan. Menghubungi orang-orang yang sekiranya bisa membantu. Berdoa. Bahkan sempat tersibak bulu kuduk ini merinding karena dinginnya hembusan angin.
Kring! Derapan langkah wanita di hadapanku menjauh perlahan. Ia menerima telepon dari orang tuanya. Dan mengatakan kondisi terpuruknya sambil terisak. Saya….hanya bisa mengelus punggungnya saat itu. Tenanglah……hanya itu yang bisa saya ucapkan selain speechless dengan kondisi yang terjadi.

Punggung kami mulai lemas. Perut kami kosong. Dan saya, menyarankan untuk berteduh di koz saya. Saat itu rintik-rintik hujang mulai mengundang hawa yang lebih dingin,bahkan mencekik kerongkongan kami yang kian kering. Dan kami, butuh tempat berteduh.

Hujang tak mencoba bersabar. Makin menjauh dari FK dan mendekati koz saya, hujan semakin deras mengguyur tubuh kami. Dengan kecepatan 40 -60, saya menjelajahi perjalanan dari FK sampai koz saya saat itu. Sekali lagi, dingin! Dan kami kelaparan. Sesampainya di depan koz………SURPRISE!!!!!
Wanita di belakang punggung saya, berteriak histeris. Ia melonjak dan berkata, “Kalian memang nakal. Bisa-bisanya saya dikerjain habis-habisan.” Tidak hanya suara hujan yang makin lebat membuat suasana terkesan heboh sore itu. Namun, triakan kecil kami menertawai wanita yang sedang berulang tahun di bulan ini pun turut menggema diantara celoteh kesal dari wanita berkerudung hitam hari itu.

14 Januari. Saatnya teman saya menapaki usia baru di tahun kesembilan belas dengan sayap-sayap baru yang sedang ia bangun sejak tahun baru kemarin. Just wanna say, Happy Birthday, Nina………
Setelah motornya ditemukan di koz saya, kini giliran ia panik kelimpungan mencari dompet coklat bertitlekan “masih baru” ketika itu. Rasa curiganya mengarah kepada kami dan berdasarkan belas kasihan, kami tidak memperpanjang scenario ulang tahun yang membuatnya menangis berulang kali dan kesal tak berujung itu. Kami serahkan dengan cuma-cuma dompet kesayangannya.

Panggilan perut kosong membawa kami ke tempat yang bisa mengobati rasa lapar ini. Sepanjang Ngoresan tak ada menu yang membuat kami ingin menyinggahinya. Perjalanan ketika itu masih terang di malam yang berhujan. Namun, begitu sampai ditempat yang ingin kami singgahi, SS punya, ternyata ‘oglangan’ (bahasa Solo: mati lampu). So, kita terus merayapi malam itu sampai ke depan kampus dengan pindah haluan menu ‘nasgor’. Ternyata hal yang sama, kami temukan di sini. Semuanya gelap. Akhirnya kami memutuskan kembali ke rute awal, ke daerah Ngoresan yang kita kira masih terang saat itu. Dan ternyata…..hal sama tetap kami temukan di sana, semuanya serba remang-remang. Maka kami pun memutuskan berpindah tempat yang jauh dari area kampus Kentingan. Dan kita terus melaju sampai berhenti di depan Mesen, tempat pembakaran ikan. Alias menu kita malam ini, ikan bakar.

Seru! Saya bilang. Merupakan hari yang sangat berkesan untuk hari yang kelima belas di bulan Januari. Karena seharian full saya dan teman saya (Charla) mengerjai teman saya (Karina) habis-habisan. Mulai dari scenario diomelin karena saya telat rapat koordinasi di BEM dan menyalahkan Karina sebagai penyebabnya, motornya yang tiba-tiba raib, dompet barunya yang menyelinap di tempat persembunyian kami, dan perjalanan ke tempat makan yang ditempa hujan gerimis-malam-dingin dan selalu diikuti oleh embel-embel ‘oglangan’. Semuanya, mengundang kenangan pada hari itu. Indahnya, kebersamaan kita saat itu. Dibawah rintik hujan yang terus mengundang dingin, kami mencoba menghayati tiap picture kehidupan yang akan terus bergulir seiring usia kita yang bertambah. Once again, Happy Birthday, neng! Wish u all the best.

4 komentar:

  1. hm... manisnya.. jd inget waktu masih muda dulu..
    nina sekarang pake jilbab ya? subhanallah...

    BalasHapus
  2. eh, aku tadi salah ngeklik kolom komennya y? ya wis tak ulangi...
    19 tahun? ya ampun...dst...hehehe...

    BalasHapus
  3. hahaha senangnya meningat momen itu...
    semoga momen itu membuat kita tetap berteman..

    friendship forever...!!!!!!!!

    BalasHapus
  4. makasi y teman2ku tercinta yg uda mau susah2 utk buat kejutan....terus terang walau agak keterlaluan ngerjainnya.,.,tp nina senang bgt lho...sekali lg makasi....

    luv u friend....

    BalasHapus