23 Juni 2009

Humanistik dari Saya

Psikologi humanistik, baru saja saya ujian makul tersebut. Awalnya saya merasa makul ini lebih susah dimengerti daripada filsafat. Dibaca bukunya, belum ada yang nyantol. Memang saya membaca jauh hari pertama kuliah dulu. Hehe, kini, setelah didesak mau ga mau harus memahami humanistic, saya merasa tertarik. Merasa bahwa didalamnya terlihat sisi lain dalam menyikapi permasalahan.


Uniknya, dunia memang berputar. Kadang susah, kadang bahagia. Melalui humanistic inilah saya mencoba menyelami arti penderitaan. Bahwa apa yang diperlukan psikolog, adalah memahami kliennya (orang yang mengadu padanya). Harus bisa memberikan advice yang membangkitkan dan tepat guna buat klien.


Saya ambil kasus saja tentang telaah humanistic. Humanistic membantu klien dengan paradigmanya seperti ini: keputusasaan dan penderitaan memang kerap terjadi pada diri manusia. Manusia akan menyadari bahwa menderita merupakan sesuatu yang manusiawi dan layak, suatu pencapaian dan prestasi ketimabng suatu gejala neurotis belaka. Jadi, bukan judge psikolog yang dikedepankan disini. Namun, membuka lebar pencarian makan hidup bagi klien. Bahwa ia lupa, untuk apa ia hidup. Memaknai hidup atas dirinya di luar segala hal yang menjadi masalahnya adalah hal terberat.


intinya, hidup ini bukan hidup tanpa masalah dan stress. kalau g ada masalah dan stress kerjaan kita apaan dunk?? ya, para psikolog inilah yang sudah sepantasnya membantu di lini manusia yang satu ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar