Suatu sore di tepi ruangan yang diiringi rintikan hujan, teman saya berujar tentang ketakutannya. Dia katakan pada saya, “Yaz, gw takut, kalau nanti gw kehilangan kehidupan yang nyaman seperti sekarang”. Sederhana! Saya pikir saat itu. Namun, pertanyaan itu menjadi undeliberate sebuah peristiwa yang saya temui dalam waktu yang tak lama. Saya mendapatkan pertanyaan itu untuk keesokannya saya mendapatkan buku yang membicarakan hal yang sama.
Ketika takut menjadi candu, ketika takut membatasi gerak karena parno atas resiko-resiko di kemudian sesion kehidupan. Itu akan menjadikan kita makin kecil untuk kehidupan yang begitu luas. Saya katakan padanya, serba spontan. Dan mencoba, mengartikannya untuk membuka keberaniannya sendiri. Saya pikir, bukannya ia takut. Hanya saja, enggan untuk mencobanya.
36 jam berikutnya, saya menemukan buku berjudul “Menyemai Impian, Meraih Sukses Mulia” karya inspired Jamil Azzaini. Jawaban yang diberikan layaknya “Kutu dalam Kotak Korek Api”. Dia adalah hewan yang senantiasa hidup di dalam sekotak korek api kemudian bebas di alam belantara, setelah sekian lama ia terbiasa meloncat setinggi korek api. Padahal sesungguhnya, ia pun dapat meloncat lebih tinggi dari yang ia kira. Begitu ia bebas di dunia nyata yang tak bersekat, ia hanya bisa meloncat setinggi korek api. Karena ia hidup dengan persepsi seperti itu sejak ia lahir hingga menjadi pembiasaan. Kemampuan sang kutu yang sebenarnya bisa muncul, tidak muncul karena dibatasi pengalaman hidup di dalam kotak korek api. Yang didalamnya tidak ada ombak sebesar gulungan bukit, seperti di lautan. Yang di dalamnya tidak ada angin sekencang jetcoaster, seperti di tepian pantai sore hari. Yang di dalamnya tak ada batu besar yang harus dilompati, layaknya benteng pertahanan yang selalu membawa kita di comfort zone.
-tidak akan terlahir nahkoda yang handal dan kuat, jika tak ada badai dan ombak besar yang berhasil dilaluinya-
Intinya, ”Jangan takut terlepas dari zona aman, karena itu akan membuatmu belajar lebih kuat. Meski awalnya, terasa rapuh.” Saya belum sempat menjawab, setidaknya dari sinilah saya akan menguraikan lebih dari sekedar jawaban. Semoga bisa menjadi wacana baru untuk teman say dan tentunya, pribadi saya sendiri. Karena saya pun sedang belajar! Tak ingin menggurui siapapun. Hanya sebatas kata yang dibatasi petak-petak pikiran yang terus berputar ditengah terlelapnya orang-orang tergeletak nyenyak di tempat pembaringan. (-nite-)