Tak seperti dulu lagi...
Masih ingatkah saat pertama dulu menginjakkan kaki di tempat ini?
Masih.
Apa yang kau ingat?
Tawa anak-anak.
Suara ribut kepala tim.
Bukan. Bukan.
Bernyanyi bersama anak-anak di bilik sempit ukuran 3x3.
Tiga tahun roh kebersamaan yang kurasakan di sini. Kini sedikit demi sedikit memudar. Intervensi dari kepentingan tak rasional. Non transparansi public. Atau minimal keterbukaan kedua belah pihak. Non sense!
Kondisi yang semakin krusial. Permasalahan yang tak pernah kami harapkan. Semua berimbas pada anak-anak yang masih ingin belajar. Masih menanyakan kabar kakak tentornya. Menginginkan nyanyian bersama. Belajar dengan keterbatasan tetapi berkah melimpah. Semuanya…hampir pudar.
Kini…
Bersisakan perselisihan. Perbincangan para kaum bapak-bapak di malam hari. Di pojokan hek. Satu sisi menyalahkan si A. Satu sisi lainnya memberikan pembenaran.
Dari pojokan hek, udara malam mengantarkan kami pada perbincangan awal. Pertama kali yang saya dengar….
Tempat ini akan dibubarkan???
Atau memang sudah tidak beres dari awal.
Aku orang kesekian yang menyayangkan kondisi ini. Menerawang jauh pada wajah tak berdosa anak-anak. Menerawang jauh pada pendiri-pendiri tempat ini. Orang-orang yang pernah singgah di dalamnya. Dari beliau yang mengawali hingga kini berujung pada kami. Dengan ending yang tak diharapkan. Pernah bersama mereka, tetapi kini dipaksa melepaskan. Seharusnya tak seperti ini, kawan.
Tolong! Pikirkan lagi……
Bagaimana dengan anak-anak?
Bagaimana dengan keinginan mereka untuk belajar?
Bagaimana jika mereka kesulitan dengan PR mereka?
Bagaimana pula….saya menjawab pertanyaan ini?