03 Maret 2011

Hank

Buku merah pertanda keberanian. Buku ini berisi kisah seorang pengembara yang berbekalkan keberanian saja. Ia mengembara di hutan asing yang tak pernah di temuinya sebelum ini. Hutan yang lebat dan anggun. Tertutup karena rimbunnya pepohonan di dalamnya. Cahayanya sedikit dan tak berjejakkan manusia sama sekali. Hingga akhirnya pengembara itu datang dan menjejakkan kakinya untuk pertama kali.

Tibalah pengembara pada gubuk mungil nan cantik. Di dalamnya tertinggal secarik kertas. Bertandakan silang dan bertuliskan ‘help’.


Huifffffff. Jujur! Dua paragraph di atas saya paksakan. Otak ini saya peras se-peras perasnya. Kering tak membekaskan setitik air sama sekali. Entah ada apa dengan perasaan saya malam ini. Terlalu banyak hembusan angin yang menyesakkan dada. Kemarin, hari ini dan malam ini. Rata Penuh

Tututan untuk lulus secepatnya, seperti mengejar keberadaan saya saat ini. Saya penat dengan otak seperti ini. Dan saya butuh tempat menitipkan lelah sementara. Biasanya selalu ada. Selalu ada di dekat saya. Di tiap deringan hp, di kotak-kotak inbox atau celotehnya di teras depan rumah. Rasanya dulu tak seperti sekarang. Disibukkan dengan pekerjaannya seabrek. Tuntutuan tanggungjawab yang selalu menuntun pulang malam. Membuat saya tak lagi merasakan tempat bersemayam seperti dulu. Ini hanya masalah timing, tapi saya yakin, isi otaknya sama seperti saya. Merasakan sesuatu yang ingin dijumpai segera.